Pemasangan PU Concrete di Cool Storage PT Mulia Raya Agrijaya menghadapi tantangan serius ketika mengalami retak dan terangkat pada suhu ekstrim. Meskipun telah dilakukan proses cutting pada permukaan beton sebelumnya, PU Concrete tetap mengalami masalah dalam mempertahankan kekuatannya.
Penyebab terangkatnya PU Concrete adalah kehilangan pegangan pada lantai beton. Meskipun permukaan lantai beton telah dipersiapkan dengan cutting, terdapat lapisan floor hardener yang tidak konsisten dalam kekerasan dan kekuatannya.
Beberapa bagian lapisan tersebut rapuh, sementara yang lainnya keras. Tim pelaksana proyek telah melaporkan temuan ini sejak hari pertama pekerjaan. Tindakan penanganan dilakukan dengan mengupas secara manual lapisan yang dianggap rapuh.
Sebelumnya, survey dan penentuan spesifikasi proyek dilakukan oleh tim dari PT Berkah Mandiri Mulia Jaya. Sebagai aplikator, tim pelaksana tidak memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan terkait proyek ini.
Spesifikasi PU Concrete yang dipasang adalah dengan ketebalan 3 mm dan menggunakan produk Mapefloor dari Mapei. Namun, ada juga produsen lain merekomendasikan penggunaan PU Concrete setebal 6 mm untuk suhu -20°C. Penting untuk dicatat bahwa masalah yang terjadi bukan disebabkan oleh produk itu sendiri, melainkan karena material kehilangan pegangan pada beton.
Mengapa PU Concrete dapat Terlepas dari Beton?
Ketika menghadapi suhu -20°C, terjadi beberapa reaksi dan fenomena yang dapat menjelaskan mengapa PU Concrete terlepas atau terangkat dari permukaan beton. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kontraksi Termal: Ketika suhu menurun, bahan konstruksi seperti beton dan PU Concrete akan mengalami kontraksi termal. Kontraksi ini dapat menyebabkan perubahan dimensi dan tegangan dalam material. Jika tidak memiliki kekuatan ikatan yang cukup dengan permukaan beton, perubahan dimensi ini dapat menyebabkan PU Concrete terlepas atau terangkat.
2. Reaksi Polimerisasi yang Terhambat: Proses pengeringan dan pengerasan melibatkan reaksi polimerisasi, di mana bahan kimia dalam PU Concrete bereaksi dan membentuk ikatan yang kuat. Pada suhu rendah, energi kinetik molekul dalam sistem menjadi lebih rendah, sehingga laju reaksi polimerisasi menjadi lebih lambat. Jika proses reaksi ini tidak berlangsung dengan baik, material mungkin tidak mendapatkan kekuatan yang cukup untuk melekat pada permukaan beton.
3. Penguapan yang Terhambat: Suhu rendah juga dapat mempengaruhi proses penguapan pelarut atau air yang terkandung dalam PU Concrete. Pada suhu dingin, penguapan cenderung lebih lambat, yang berarti waktu yang diperlukan agar material benar-benar kering dan mengeras menjadi lebih lama. Jika PU Concrete tidak kering dengan sempurna, kekuatan dan kelekatannya pada permukaan beton dapat terpengaruh.
Dalam kombinasi dengan faktor-faktor di atas, ketidakcocokan lapisan floor hardener yang tidak konsisten pada permukaan beton juga dapat mempengaruhi ikatan antara PU Concrete dan beton. Jika PU Concrete tidak memiliki pegangan yang memadai dengan permukaan beton yang sudah dipersiapkan, risiko terlepas atau terangkatnya menjadi lebih besar.
Dalam penanganan masalah ini, PT Berkah Mandiri Mulia Jaya memutuskan untuk mengganti seluruh PU Concrete yang telah terpasang dengan membongkar seluruh lapisan PU concrete termasuk floor hardener dan menggantinya dengan yang baru. Tindakan ini diambil untuk memastikan bahwa pengerasan dan kekuatan lantai beton dapat terjamin secara optimal.
Proses bongkar PU Concrete dapat dilihat disini [Coming Soon].
Kesimpulannya, masalah retak dan terangkatnya PU Concrete pada suhu -20°C terjadi karena kehilangan pegangan pada beton. Proses persiapan dan pemilihan produk yang sesuai dengan kondisi suhu ekstrim menjadi faktor penting dalam menjaga kekuatan dan keandalan PU Concrete. Dalam situasi seperti ini, konsultasikan dengan para ahli dan produsen terkait untuk memastikan pemilihan produk yang tepat dan penanganan yang sesuai dengan kondisi suhu yang dihadapi.